TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Tidak Peduli {8}



Tidak Peduli {8}

0 "Tapi, Anqier, aku benar-benar tidak habis pikir jika Tao adalah Emo Shao Ye. Dia adalah pribadi yang menyenangkan, pribadi yang ramah juga baik. Selama dia ada di sini, mengunjungiku juga Bibi, dia benar-benar seperti pemuda biasa yang sangat ramah. Kelebihannya dia sangat tampan luar biasa dan itu benar-benar hal yang mempesona. Siapa yang tidak terpesona oleh sosok Tao. Dan ternyata dia adalah Emo Shao Ye."     
0

"Mungkin dia telah sadar jika dirinya adalah Putra Mahkota Kerajaan Langit, Si Qi...," kata Liu Ding Han pada akhirnya. Yang Si Qi pun menoleh. "Sebab Dewa Li pernah bilang jika saat ini Tao sedang berjuang, bukan hanya dengan batinnya yang antara Emo Shao Ye yang Raja Iblis dengan Putra Mahkota. Tapi juga dengan kekuatannya, kekuatan hitam dan kekuatan putih dalam dirinya sedang bertarung. Jika dia tak menyadari, itu adalah suatu hal yang mustahil. Terlebih dia juga terlalu terobsesi dengan Anqier, dia selalu bilang tidak mau kehilangan Anqier lagi, itu adalah suatu bukti jika dia sudah mengingat tentang siapa jati dirinya yang sebenarnya. Dan untuk alasan dia masih tutup mulut dan bungkam, pasti ada masalah lain yang mengganggu pikirannya. Pasti ada suatu hal yang membuatnya harus diam seperti ini. Atau malah, karena sekarang dia adalah Raja Iblis. Mungkin itu sebabnya dia memilih untuk diam," kata Liu Ding Han kemudian.     

Liu Anqier pun diam, dia tak menanggapi ucapan dari ibunya pun dengan sahabatnya. Dia agaknya paham kenapa Chen Liao Xuan tidak mengakui dirinya sendiri. Ya, bagaimana tidak, jika dia mengakui jati dirinya yang sebenarnya maka semuanya akan menjadi runyam. Itu adalah hal yang mungkin dipikirkan oleh Chen Liao Xuan saat ini.     

"Sudahlah, itu adalah urusannya. Sekarang tugas kita adalah mempersiapkan sebuah tempat yang nyaman untuk mereka kalau mereka memang mau menginap. Bukankah tepat di sebelah pondok kita meski tak terlihat ada sebuah tempat peristirahatan kecil? Di sana ada atap juga jerami di sisi kanan dan kiri yang cukup hangat. Dan tempatnya juga lumayan besar. Bagaimana kalau kita perbaiki tempat itu agar lebih nyaman, di sampingnya kita beri tempat untuk kita makan malam nanti, dan sebelahnya mereka bisa tidur malam ini. Urusan mereka kalau ingin mandi dan lain sebagainya, biarkan mereka lakukan itu di sungai. Beres kan?" kata Liu Anqier pada akhirnya.     

"Aku setuju sih," imbuh Yang Si Qi. Keduanya pun memutuskan untuk segera mempersiapkan sebuah tempat yang nyaman untuk tamunya itu menginap.     

"Si Qi bisakah kau ambil beberapa selimut dari rumah? Aku rasa bila tumpukan jerami ini ditata dengan rapi kemudian kita beri selimut untuk menutup jerami di atasnya akan sangat empuk dan nyaman, dan beberapa kain untuk membuat bantal kecil untuk mereka," pinta Liu Anqier.     

"Rupanya, pekerjaan menjadi Dayang Istana adalah hal yang sangat bermanfaat. Kau bahkan bisa melakukan hal sebagus ini sekarang. Jika dulu, otakmu pasti akan tumpul untuk memikirkan sampai sejauh itu."     

"Sepertinya, pekerjaan mencari kayu juga sangat bermanfaat untukmu. Sehingga kau sangat gemar dalam masalah berkomentar," sindir Liu Anqier.     

Setelah mereka bekerja cukup lama, sebuah hunian yang mungil itu pun jadi. Liu Anqier dan Yang Si Qi langsung bertos-ria karena sudah jadi dengan sangat sempurna.     

"Bukankah ini bagus? Kita bisa menaruh alat masak kita kesini agar bisa dibantu oleh dua laki-laki itu," kata Liu Anqier lagi.     

"Sepertinya itu adalah hal yang cukup menarik. Sebab sangat tidak mungkin dua laki-laki itu mengurus rusa itu nanti sementara kita memasaknya di lain tempat. Posisinya juga karena kita ini kan bisa masuk bersama dengan Tao ke gubuk. Tapi dengan Tuan Jiang? Kasihan dia jika tidak bisa masuk sendirian. Nanti dia berpikir kalau kita tidak memberikan cukup baik pelayanan kepada tamu, dan dia akan terhina karena merasa tidak melihat rumah kita sendiri. Padahal itu adalah ketetapan dari Dewa Agung,"     

Dan setelah itu, keduanya kembali kepada Yang Ding Han. Dan sampai detik ini Chen Liao Xuan dan Jiang Kang Hua tidak kunjung datang. Liu Anqier agaknya tampak cemas, meski dia tahu kalau keduanya memiliki ilmu bela diri tinggi.     

"Apakah mereka tertidur di tengah hutan? Kemala mereka lama sekali, aku benar-benar tak menyangka malau mereka akan selama ini hanya untuk menangkap satu ekor rusa,"     

"Bisa saja jika apa yang dikatakan oleh Tao itu benar. Kalau dia ingin Kang untuk menangkap sepuluh rusa agar dia bisa menjadi seorang Panglima Perang di kerajaan iblis," kata Liu Ding Han.     

Mendengar hal itu, Liu Anqier tampak menahan napas. Andai saja ibunya tahu kalau Jiang Kang Hua sudah menjadi Panglima Perang di sana. Pastilah dia akan merasa ciut sama sekali.     

"Ibu, sudahlah. Apa yang mereka katakan adalah omong kosong belaka. Jangan sampai dimasukkan ke dalam hati."     

Tak berapa lama, Chen Liao Xuan dan Jiang Kang Hua pun kembali. Chen Liao Xuan yang tampak dengan santai mengikat kedua tangannya di belakang punggung, sementara Jiang Kang Hua tampak mengangkat rusa yang sudah mati itu."     

"Apakah tidak ada yang lebih menyebalkan dari pada mengangkat hewan sialan ini?" keluh Jiang Kang Hua. Kemudian dia menaruh rusa itu ke tanah, dan mengelap keringatnya yang bercucuran.     

Melihat itu, Yang Si Qi bergegas memberikan sapu tangannya. Kemudian dia memandang Jiang Kang Hua dengan mimik wajah penuh cintanya. Bagaimana tidak, melihat Jiang Kang Hua begitu tampan dengan keringat yang berkucur seperti itu adalah hal yang sangat menyenangkan untuknya.     

"Tuan Jiang, sapu tangan untukmu, aku akan mengelap keringatmu jika kau butuh," kaya Yang Si Qi. Dia mau menyentuh kening Jiang Kang Hua, tapi buru-buru Jiang Kang Hua merebut sapu tangan yang dibawa oleh Yang Si Qi.     

"Terimakasih, aku bisa melakukannya sendiri," kata Jiang Kang Hua dengan begitu dingin.     

"Si Qi, apa yang kau lakukan? Kau benar-benar mempermalukanku," marah Liu Anqier pada akhirnya. Yang Si Qi hanya menjulurkan lidahnya kemudian dia memandang Jiang Kang Hua lagi dengan mimik wajah bahagianya itu.     

Ya, dia tak peduli dengan siapa pun, dia tidak peduli jika dia dikatakan genit atau apa pun juga. Dia sudah bertekad untuk berusaha, dia sudah bertekad untuk menjadi sosok yang mencari cinta. Dan Yang Si Qi merasa jika Jiang Kang Hua adalah takdirnya. Dan dia akan melakukan apa pun untuk mendapatkan hati Jiang Kang Hua bahkan sampai titik darah penghabisan.     

"Jiang, maafkan Si Qi. Dia sudah lama tinggal di tengah hutan bersama dengan Bibi dan kami nyaris tidak berani ke kota bahkan sekali pun, kami terlalu takut untuk keluar karena takut jika prajurit dari Raja Han mengintai kami. Jadi jika bertemu denganmu membuatnya bereaksi lebih maka maaafkan ya,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.